Biografi pembuat anti virus SMARDAV
ASSALAMMUALAIKUM.WM.WB
Selamat malam semuanya......., disini saya akan membagikan sebuah cerita,kisah atau biografi seorang anak yang menciptakan sebuah aplikasi antivirus SMARDAV.
Suatu
hari pada pertengahan 2006, bersama teman-teman sekelas, Zainuddin
mengikuti praktikum komputer di lab sekolah. Materi yang diajarkan
seputar sejumlah program utama di Microsoft Office.
Tapi, lantaran sudah cukup menguasai, Zainuddin justru bosan. Saat itulah dia iseng mengeklik beberapashortcut di
komputer. Seperti menemukan harta karun, perhatiannya seketika tersedot
pada program Visual Basic (VB), sebuah aplikasi tentang bahasa
pemrograman yang belum pernah dikenalnya.
’’Ternyata
asyik. Saat itu juga saya langsung tertarik. Dari situlah saya bisa
menemukan antivirus Smadav. Jadi, kalau hari itu saya nggak ke
lab, mungkin Smadav belum tentu ada,’’ kenang Zai –sapaan Zainuddin–
saat ditemui di kantornya, Smadsoft, Palangkaraya, akhir pekan lalu.
Dari
ketertarikan itulah, Zai kemudian mencari bahan seputar VB untuk
dipelajari dan dipraktikkan sendiri. Sebagian besar bahan tutorial
tersebut dikumpulkan dari internet. Ketika itu, dua hari sekali, dia ke
warnet (warung internet) terdekat yang berjarak sekitar 5 km dari
rumahnya. Maklum, kala itu kota tempat tinggalnya belum semaju kota-kota
di Jawa sehingga warnet masih jarang dan mahal.
’’Di
warnet saya mengambil materi-materi atau contoh-contoh program yang
lebih bagus saja. Waktu itu belum sampai ke antivirus,’’ ungkapnya
Dari aktivitasnya di dunia maya itu pula Zai kemudian ikut masuk di komunitas online vbbego.net.
Komunitas tersebut berisi orang-orang yang memiliki ketertarikan yang
sama dengan bahasa pemrograman lewat VB. Seiring maraknya virus komputer
yang bertebaran pada kurun 2006–2007, arah diskusi di forum tersebut
banyak membicarakan topik cara menciptakan virus.
’’Namanya sih bego, tapi orang-orangnya pinter-pinter. Bagi mereka, membikin virus seperti jadi ajang pembuktian,’’ katanya.
Sulung
empat bersaudara putra pasangan Rojiannoor dan Marhamah itu termasuk
yang tertantang untuk menciptakan virus komputer. Meski masih terhitung
pemula, Zai sempat menciptakan virus yang diberi nama ’’Paray’’,
kependekan Palangkaraya. Melalui warnet tempat dia berkunjung, virus
Paray sempat pula menyebar di seputar kota tempat tinggalnya.
’’Tapi,
dari situ saya justru mulai kepikiran karena aktivitas saya itu telah
merugikan banyak orang. Saya lalu ganti tertantang untuk membuat
antivirusnya yang lebih sulit,’’ lanjut dia.
Ide
pembuatan antivirus pertama muncul ketika komputer teman sekolah Zai
terkena virus. Dia lalu mengutak-atik program, lantas jadilah antivirus
sederhana. ’’Yang mengejutkan, antivirus itu langsung bisa membersihkan
komputer teman saya itu. Tentu saja saya senang bukan main.’’
Sejak
itu, teman-teman Zai yang komputernya terkena virus meminta tolong
kepada Zai untuk membersihkannya. Namun, ternyata virus yang ditemukan
Zai berbeda-beda di setiap komputer sehingga program antivirusnya terus
bertambah.
’’Akhirnya,
saya mikir bagaimana membuat antivirus yang bisa digunakan untuk
membersihkan banyak virus sekaligus. Tidak satu per satu virus,’’
paparnya.
Akhir 2006, Zai berhasil melahirkan program antivirus Smadav.
Nama itu berasal dari nama sekolah Zai, SMAN 2 yang kerap disingkat
Smada. Sementara itu, huruf ’’A’’ dan ’’V’’ paling belakang merujuk pada
kata ’’antivirus’’.
Sayangnya,
pengembangan Smadav sempat berjalan di tempat. Maklum, saat itu Zai
sedang dibutuhkan sekolah dan daerahnya untuk mengikuti olimpiade
matematika tingkat nasional. Perhatian serta konsentrasinya tersedot
untuk melakukan persiapan-persiapan menghadapi event bergengsi tersebut.
’’Masih upgrade sih, tapi sedikit-sedikit. Sebulan paling kepegang
sekali,’’ ujarnya.
Vakumnya
pengembangan Smadav berlanjut saat Zai diterima di Fakultas MIPA
Jurusan Matematika UGM Jogjakarta. Tahun pertama, dia berkonsentrasi
kuliah. Tahun berikutnya, dia mulai sibuk mencari side job untuk
mendapatkan uang saku. Maklum, kiriman uang dari orang tuanya yang PNS
Kemenag dan guru TK hanya bisa untuk bayar kuliah dan makan. Padahal,
dia ingin lebih dari itu.
Karena itu, dia memutuskan untuk nyambi menjadi programer. Zai bergabung dengan rent-acoder.com.
Situs internasional tersebut menyediakan arena transaksi antara pemesan
yang membutuhkan jasa program dan para programer yang membutuhkan
proyek. Hasil yang diperoleh Zai konkret.
’’Bulan pertama saja saya langsung dapat sekitar Rp 4 juta. Senang banget rasanya,’’ ungkapnya.
Namun,
ada konsekuensi yang harus ditanggung Zai. Kuliahnya menjadi keteteran.
Sebab, ketika berburu proyek, dia harus terjaga saat malam. Sebab,
rata-rata pemesan program berasal dari Amerika Serikat yang memiliki
perbedaan waktu dengan Indonesia sekitar 12 jam. ’’Saat itu kuliah saya
benar-benar hancur. Saya lalu terpikir untuk pindah jurusan,’’ tuturnya.
Diam-diam,
tanpa memberi tahu orang tua, Zai ikut ujian masuk perguruan tinggi
lagi pada tahun keduanya di Jogja. Kali ini dia diterima di jurusan ilmu
komputer di universitas yang sama. Di jurusan baru tersebut,
pekerjaannya sebagai programmer freelance bisa sejalan. Kuliah bisa berjalan dengan baik, pekerjaan juga lancar.
’’Saya
baru bilang ke Bapak (kalau pindah kuliah) saat beliau berkunjung ke
Jogja. Saya tahu beliau kaget. Tapi, saya berhasil meyakinkan,’’
ungkapnya.
Sejak
itu, perhatian Zai pada program antivirus Smadav-nya kembali intensif.
Sebab, aktivitas sehari-harinya bersentuhan dengan dunia programer.
’’Apalagi ada teman SMA yang mengingatkan agar saya tetap mempertahankan
Smadav. Saya pun jadi terlecut,’’ tegasnya.
Sekitar
akhir 2008 Zai mulai menyentuh lagi karyanya semasa SMA itu. Sedikit
demi sedikit antivirus karya anak bangsa tersebut mulai rutin
di-upgrade. Hasilnya tak mengecewakan. Pada Juli 2009 Smadav mulai
mewarnai komputer-komputer pribadi. Apalagi, fitur-fiturnya terus
bertambah.
Beberapa
teman lalu menyarankan Zai untuk mulai membuka paket donasi. Sebab, dia
harus membayar biaya sewa server Rp 3 juta–Rp 4 juta per bulan.
”Sebagian lagi untuk makan programmer-nya karena tidak bisa lagi kerja
sampingan seperti sebelumnya dan fokus ngurusi Smadav,” ujar Zai, lantas
tertawa kecil.
Saran
teman dipraktikkan. Hasilnya mulai bisa dipetik. Donasi yang masuk per
bulan bisa mencapai sekitar Rp 10 juta. ”Sambil kuliah, sambil terus update, jadi bisa jalan dua-duanya,” katanya.
Perjalanan
Zai mengembangkan Smadav tidak selalu mulus. Suatu hari Smadav dibajak
hacker. Password pengelolaan program antivirus itu diambil si peretas.
Zai sempat panik karena si hacker minta tebusan uang jutaan rupiah.
Setelah
proses negosiasi, akhirnya disepakati uang tebusan Rp 6 juta yang
dibayar dua kali. ”Saya bilang terus terang bahwa saya masih kuliah,
bukan orang kerja. Jadi, kalau minta uang tebusan sebesar itu, dari mana
saya dapat uangnya,” imbuhnya.
Untung, si hacker mau mengerti. ”Hacker itu orangnya baik. Bahkan dia ngasih advice ke saya bagaimana agar situs saya tidak mudah diretas lagi,” tutur dia.
Pada
akhir 2009 jumlah pengguna Smadav mencapai seribu komputer. Tapi, kini
pengguna Smadav sudah mencapai sekitar 8 juta komputer. Tidak sedikit
pengguna dari luar negeri. Beberapa di antara mereka tertarik untuk
menjalin kerja sama bisnis dengan Zai. Dia mencontohkan, ada orang
Malaysia yang menyatakan siap menjadi penjual produk Smadav di
negaranya. Begitu pula orang dari Afrika.
Setelah
lulus dari UGM pada 2013, Zai kembali ke Palangkaraya untuk mengelola
dan mengembangkan Smadav. Dia sudah mempunyai kantor sendiri meski masih
menyewa ruko di Jalan Raden Saleh, merekrut dua teman SMA-nya sebagai
karyawan, serta menjalankan bisnis antivirusnya itu dengan enjoy.
”Mimpi
untuk berkembang tentu ada. Tapi, di pikiran saya saat ini adalah
bagaimana agar Smadav bisa tetap eksis dulu. Hitung-hitung ikut menjaga
produk nasional,” ungkapnya.
sekian semoga kita ikut terinspirasi..........
WASSALAM
0 komentar :
Posting Komentar