Breaking News
Loading...
Rabu, 24 Februari 2016

Biografi pembuat anti virus SMARDAV

ASSALAMMUALAIKUM.WM.WB 
Selamat malam semuanya......., disini saya akan membagikan sebuah cerita,kisah atau biografi seorang anak yang menciptakan sebuah aplikasi antivirus SMARDAV.

Suatu hari pada pertengahan 2006, bersama teman-teman sekelas, Zainuddin mengikuti praktikum komputer di lab sekolah. Materi yang diajarkan seputar sejumlah program utama di Microsoft Office.
Tapi, lantaran sudah cukup menguasai, Zainuddin justru bosan. Saat itulah dia iseng mengeklik beberapashortcut di komputer. Seperti menemukan harta karun, perhatiannya seketika tersedot pada program Visual Basic (VB), sebuah aplikasi tentang bahasa pemrograman yang belum pernah dikenalnya.
’’Ternyata asyik. Saat itu juga saya langsung tertarik. Dari situlah saya bisa menemukan antivirus Smadav. Jadi, kalau hari itu saya nggak ke lab, mungkin Smadav belum tentu ada,’’ kenang Zai –sapaan Zainuddin– saat ditemui di kantornya, Smadsoft, Palangkaraya, akhir pekan lalu.
Dari ketertarikan itulah, Zai kemudian mencari bahan seputar VB untuk dipelajari dan dipraktikkan sendiri. Sebagian besar bahan tutorial tersebut dikumpulkan dari internet. Ketika itu, dua hari sekali, dia ke warnet (warung internet) terdekat yang berjarak sekitar 5 km dari rumahnya. Maklum, kala itu kota tempat tinggalnya belum semaju kota-kota di Jawa sehingga warnet masih jarang dan mahal.
’’Di warnet saya mengambil materi-materi atau contoh-contoh program yang lebih bagus saja. Waktu itu belum sampai ke antivirus,’’ ungkapnya
Dari aktivitasnya di dunia maya itu pula Zai kemudian ikut masuk di komunitas online vbbego.net. Komunitas tersebut berisi orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama dengan bahasa pemrograman lewat VB. Seiring maraknya virus komputer yang bertebaran pada kurun 2006–2007, arah diskusi di forum tersebut banyak membicarakan topik cara menciptakan virus.
’’Namanya sih bego, tapi orang-orangnya pinter-pinter. Bagi mereka, membikin virus seperti jadi ajang pembuktian,’’ katanya.
Sulung empat bersaudara putra pasangan Rojiannoor dan Marhamah itu termasuk yang tertantang untuk menciptakan virus komputer. Meski masih terhitung pemula, Zai sempat menciptakan virus yang diberi nama ’’Paray’’, kependekan Palangkaraya. Melalui warnet tempat dia berkunjung, virus Paray sempat pula menyebar di seputar kota tempat tinggalnya.
’’Tapi, dari situ saya justru mulai kepikiran karena aktivitas saya itu telah merugikan banyak orang. Saya lalu ganti tertantang untuk membuat antivirusnya yang lebih sulit,’’ lanjut dia.
Ide pembuatan antivirus pertama muncul ketika komputer teman sekolah Zai terkena virus. Dia lalu mengutak-atik program, lantas jadilah antivirus sederhana. ’’Yang mengejutkan, antivirus itu langsung bisa membersihkan komputer teman saya itu. Tentu saja saya senang bukan main.’’
Sejak itu, teman-teman Zai yang komputernya terkena virus meminta tolong kepada Zai untuk membersihkannya. Namun, ternyata virus yang ditemukan Zai berbeda-beda di setiap komputer sehingga program antivirusnya terus bertambah.
’’Akhirnya, saya mikir bagaimana membuat antivirus yang bisa digunakan untuk membersihkan banyak virus sekaligus. Tidak satu per satu virus,’’ paparnya.
Akhir 2006, Zai berhasil melahirkan program antivirus Smadav. Nama itu berasal dari nama sekolah Zai, SMAN 2 yang kerap disingkat Smada. Sementara itu, huruf ’’A’’ dan ’’V’’ paling belakang merujuk pada kata ’’antivirus’’.
Sayangnya, pengembangan Smadav sempat berjalan di tempat. Maklum, saat itu Zai sedang dibutuhkan sekolah dan daerahnya untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional. Perhatian serta konsentrasinya tersedot untuk melakukan persiapan-persiapan menghadapi event bergengsi tersebut. ’’Masih upgrade sih, tapi sedikit-sedikit. Sebulan paling kepegang sekali,’’ ujarnya.
Vakumnya pengembangan Smadav berlanjut saat Zai diterima di Fakultas MIPA Jurusan Matematika UGM Jogjakarta. Tahun pertama, dia berkonsentrasi kuliah. Tahun berikutnya, dia mulai sibuk mencari side job untuk mendapatkan uang saku. Maklum, kiriman uang dari orang tuanya yang PNS Kemenag dan guru TK hanya bisa untuk bayar kuliah dan makan. Padahal, dia ingin lebih dari itu.
Karena itu, dia memutuskan untuk nyambi menjadi programer. Zai bergabung dengan rent-acoder.com. Situs internasional tersebut menyediakan arena transaksi antara pemesan yang membutuhkan jasa program dan para programer yang membutuhkan proyek. Hasil yang diperoleh Zai konkret.
’’Bulan pertama saja saya langsung dapat sekitar Rp 4 juta. Senang banget rasanya,’’ ungkapnya.
Namun, ada konsekuensi yang harus ditanggung Zai. Kuliahnya menjadi keteteran. Sebab, ketika berburu proyek, dia harus terjaga saat malam. Sebab, rata-rata pemesan program berasal dari Amerika Serikat yang memiliki perbedaan waktu dengan Indonesia sekitar 12 jam. ’’Saat itu kuliah saya benar-benar hancur. Saya lalu terpikir untuk pindah jurusan,’’ tuturnya.
Diam-diam, tanpa memberi tahu orang tua, Zai ikut ujian masuk perguruan tinggi lagi pada tahun keduanya di Jogja. Kali ini dia diterima di jurusan ilmu komputer di universitas yang sama. Di jurusan baru tersebut, pekerjaannya sebagai programmer freelance bisa sejalan. Kuliah bisa berjalan dengan baik, pekerjaan juga lancar.
’’Saya baru bilang ke Bapak (kalau pindah kuliah) saat beliau berkunjung ke Jogja. Saya tahu beliau kaget. Tapi, saya berhasil meyakinkan,’’ ungkapnya.
Sejak itu, perhatian Zai pada program antivirus Smadav-nya kembali intensif. Sebab, aktivitas sehari-harinya bersentuhan dengan dunia programer. ’’Apalagi ada teman SMA yang mengingatkan agar saya tetap mempertahankan Smadav. Saya pun jadi terlecut,’’ tegasnya.
Sekitar akhir 2008 Zai mulai menyentuh lagi karyanya semasa SMA itu. Sedikit demi sedikit antivirus karya anak bangsa tersebut mulai rutin di-upgrade. Hasilnya tak mengecewakan. Pada Juli 2009 Smadav mulai mewarnai komputer-komputer pribadi. Apalagi, fitur-fiturnya terus bertambah.
Beberapa teman lalu menyarankan Zai untuk mulai membuka paket donasi. Sebab, dia harus membayar biaya sewa server Rp 3 juta–Rp 4 juta per bulan. ”Sebagian lagi untuk makan programmer-nya karena tidak bisa lagi kerja sampingan seperti sebelumnya dan fokus ngurusi Smadav,” ujar Zai, lantas tertawa kecil.
Saran teman dipraktikkan. Hasilnya mulai bisa dipetik. Donasi yang masuk per bulan bisa mencapai sekitar Rp 10 juta. ”Sambil kuliah, sambil terus update, jadi bisa jalan dua-duanya,” katanya.
Perjalanan Zai mengembangkan Smadav tidak selalu mulus. Suatu hari Smadav dibajak hacker. Password pengelolaan program antivirus itu diambil si peretas. Zai sempat panik karena si hacker minta tebusan uang jutaan rupiah.
Setelah proses negosiasi, akhirnya disepakati uang tebusan Rp 6 juta yang dibayar dua kali. ”Saya bilang terus terang bahwa saya masih kuliah, bukan orang kerja. Jadi, kalau minta uang tebusan sebesar itu, dari mana saya dapat uangnya,” imbuhnya.
Untung, si hacker mau mengerti. ”Hacker itu orangnya baik. Bahkan dia ngasih advice ke saya bagaimana agar situs saya tidak mudah diretas lagi,” tutur dia.
Pada akhir 2009 jumlah pengguna Smadav mencapai seribu komputer. Tapi, kini pengguna Smadav sudah mencapai sekitar 8 juta komputer. Tidak sedikit pengguna dari luar negeri. Beberapa di antara mereka tertarik untuk menjalin kerja sama bisnis dengan Zai. Dia mencontohkan, ada orang Malaysia yang menyatakan siap menjadi penjual produk Smadav di negaranya. Begitu pula orang dari Afrika.
Setelah lulus dari UGM pada 2013, Zai kembali ke Palangkaraya untuk mengelola dan mengembangkan Smadav. Dia sudah mempunyai kantor sendiri meski masih menyewa ruko di Jalan Raden Saleh, merekrut dua teman SMA-nya sebagai karyawan, serta menjalankan bisnis antivirusnya itu dengan enjoy.
”Mimpi untuk berkembang tentu ada. Tapi, di pikiran saya saat ini adalah bagaimana agar Smadav bisa tetap eksis dulu. Hitung-hitung ikut menjaga produk nasional,” ungkapnya.
 sekian semoga kita ikut terinspirasi..........
WASSALAM

0 komentar :

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.